Pagiku telah datang menjemput, suara kokokan ayam saling
bersahutan, terlihat dari jauh kabut pucat menyelimuti dataran basah itu
dan matahari pagi memancarkan cahayanya yang sangat berkilau, tanpa
disadari aku melangkah bagaikan mimpi ke tempat itu, lalu aku duduk
dibawah pepohonan yang diam. Disekelilingku tampak bunga-bunga kecil
liar yang tumbuh bagai sekumpulan peri-peri kecil yang bersinar dan
kupu-kupu cantik seakan menari-nari di hadapan ku, yang ditemani oleh
beraneka daun kering yang terbaring dengan lekukan tak beraturan. Aku
tak bisa menahan lagi untuk menghirup aroma tajam rerumputan dan tanah.
Letika sedang berada disini seakan derada disurga dengan keindahan yang
masih sangat asri ini.
Lalu mataku menerka lebih jauh, kulihat tempat di ujung sana sangat
berbeda, hiruk pikuk kendaraan yang tiada hentinya melaju di jalan.
Disana juga banyak terdapat asap-asap pabrik yang mengepul-ngepul
tinggi seakan ingin menutupi seberkas awan putih di langit. Dan baruku
sadari kabut pucat yang kulihat tadi berasal dari asap pabrik dan
kendaraan-kendaraan yang sedang berlalu lalang itu. Aku melihat
sekelilingku, ternyata tempatku berada hanyalah taman kecil diantara
gedung-gedung tinggi pencakar langit.
Aku ingat pesan ibuku, ia pernah berkata “Mereka telah merampas
lingkungan kita yang asri, mereka mengambilnya tanpa harus berusaha
untuk menggantinya itulah yang mereka pikirkan” mereka memang tidak
mengganti dengan hal yang lebih baik tapi mereka menggantinya dengan
pagar-pagar beton, ruko-ruko dan gedung-gedung tinggi yang bertingkat,
tidakkah mereka sadari? Dampak negatif akibat pembangunan, khususnya
terhadap lingkungan. Dampak negatif terhadap lingkungan yaitu :
- Aspek sosial
- Aspek lahan dan tanah
- Aspek air
- Aspek udara
- Aspek flora dan fauna
- Aspek kebisingan suara
Walau diam tapi sebenarnya tumbuh-tumbuhan dan bumi kita sedang
menangis, meratapi polusi-polusi yang datang untuk membunuh mereka.
Bahkan es di kutub telah habis mencair, tak ada lagi tempat tinggal bagi
pinguin dan beruang kutub pada saat ini. Tak mengherankan mereka
tinggal kenangan keragaman satwa di ensklopedia dan tidak ada keturunan
mereka lagi.
Pemerintah telah berusaha mengurangi dampak negatif terhadap flora
dan fauna dengan cara membangun cagar alam dan suaka margasatwa. Kita
juga dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lahan dan tanah
dengan cara menerapkan terasering pada lahan miring serta menjaga
kelestarian hutan. Hutan selain dapat menjaga kesuburan tanah juga dapat
sebagai habitat binatang maupun tumbuhan liar serta mengurangi polusi
udara.
Salah satu penyebab polusi udara adalah limbah industri. Limbah
industri tidak hanya menyebabkan polusi udara saja, limbah industri
dapat menyebabkan eutrofokasi dan hujan asam. Eutrofokasi adalah
pertumbuhan yang hebat pada tumbuha tertentu. Sedang hujan asam terjadi
karena gas-gas berbahaya seperti, SO, SO2, NO dan NO2
berkondensi dengan partikel-partikel lain beserta titik-titik air
sehingga terbentuk zat asam yang turun bersama air hujan. Jika limbah
industri mengandung zat berbahaya dan mencemari air, maka zat-zat itu
akan masuk ke dalam organisme-organisme yang hidup di dalamnya. Zat-zat
itu akan membahayakan organisme-organisme dalam rantai makanan dan tentu
saja berpengaruh buruk bagi tubuh.
Oleh karena itu allah sering mara kepada kita manusia, dengan mendatangkan berbagai macam bencana alam yang datang seperti:
1.Tsunami
2.Banjir
3.Tanah longsor
4.Angin puting beliung
5.Kekeringan
6.Lumpur lapindo
Itu semua adalah bukti kemurkaan mereka kepada sesama makhluk hidup,untuk mengingatkan pada kita tentang anugrahnya, allah menegur kita
dengan berbagai bencana itu. Seharusny kita berutang budi kepada
alam???. Bukan malah merusaknya.
Malahan sekarang ini kota-kota banyak semakin jorok saja, Selokan dan got-got tidak pernah dibersihkan, walaupun diberdihkan
hanya dibiarkan di pinggir-pinggir selokan saja, seharusnya
sampah-sampah itu dibuang pada tempatnya atau dikubur, supaya tidak
membuat aroma bau ketika orang sedang berjalan.
Bahkan akibat dari sampah hanya di biarkan saja lebih parahnya lagi menyebabakan berbagai penyakit berbahaya seperti:
1.Demam berdarah
2.Muntaber
Penyakit-penyakit ini sangat membahayakan masyarakat banyak, bahkan bisa menyebabkan kematian. kehidupan sehari-hari perlu diterapkan higiene dan sanitasi. higiene
adalah usaha untuk memelihara kesehatan tubuh. Higiene dapat dilakukan
dengan cara makan makanan empat sehat lima sempurna. Sedangkan sanitasi
adalah usaha untuk menjaga dan memelihara kebersihan dan lingkungan
hidup fisik manusia. Sanitasi dapat dilaksanakan dengan cara
menghilangkan genangan-genangan air yang dapat menjadi sumber penyakit.
Banyak cara untuk mencapai kualitas hidup yang optimal, yaitu :
- Perbaikan gizi masyarakat
- Pencegahan dan pemberantasan penyakit
- Pengadaan, pengaturan, dan pengawasan obat, makanan, dan minuman
- Peningkatan kesehatan lingkungan
Coba sejenak kita mundur ke beberapa tahun silam, ketika kampanye
ketahanan iklim sedang digembar – gemborkan, ketika pemborosan energi
telah terjadi, ketika pemborosan tersebut sekaligus memberikan efek
rumah kaca pada langit akibat gas pembuangan yang mengapung di atmosfir
memberikan efek rumah kaca terhadap daratan sejuta umat manusia di
dunia.
Dalam hati aku berjanji “Aku akan berusaha mengembalikan bumi ini
menjadi surga kembali, tanpa harus ada yang berubah tapi akan membuatnya
terasa berbeda”.
Oleh karena itu janganlah menjadi manusia yang egois, alam ini bukan
hanya milik generasi kita, masih ada generasi – generasi selanjutnya
yang ingin merasakan kesejukan pepohonan, kesejukan air, kesejukan
udara, jangan menebang pohon sembarangan, masih akan ada generasi yang
ingin merasakan udara pagi yang sejuk nan teduh, jangan cemari dengan
asap kendaraan. Masih ada generasi yang ingin merasakan keramahan hujan
disaat musim panas, Masih ada generasi yang ingin menikmati iklim yg
stabil, bukan panas yang tinggi yang bergantian dengan badai serta
banjir yang melanda, akibat curah hujan yang menggila.
Tetapi masalah lingkungan tidak hanya dilingkungan masyarakat tetapi banyak juga terjadi dilingkungan sekolah seperti cerita miss go green berikut ini:
Nadia sudah sering mendengar tentang isu go green yang selalu
digembor-gemborkan di sekolahannya. Bahkan saking serunya, isu ini
selalu dijadikan topik utama dalam pidato saat upacara bendera. Mungkin
semua kehebohan ini bermula saat sekolahnya, SMP Tunas Bangsa terpilih
menjadi peserta Lomba Adiwiyata. Dengan adanya Program Adiwiyata
diharapkan seluruh masyarakat di sekolah dapat menyadari akan lingkungan
yang sehat, bersih, dan indah.
Tapi Nadia merasa prihatin. Kebanyakan murid-murid di SMA Bina Nusa menjadikan go green
sebagai slogan saja, tidak ada penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Ia ingin teman-temannya tahu apa saja upaya-upaya sederhana yang dapat
mereka lakukan untuk mendukung Program Adiwiyata tersebut.
Di sekolah, Nadia memang terkenal cerewet tentang lingkungan. Kalau
ada temannya yang membuang sampah sembarangan, pasti diomelin panjang
lebar sama Nadia. Contohnya seperti ini, “Memangnya sekolah ini punya
nenek moyangmu? Pakai acara buang sampah sembarangan. Malu dong,
perbuatanmu itu sangat tidak baik. Selain merusak lingkungan sekitar,
juga dapat merusak pemandangan. Sekarang kalau kamu masih punya malu,
pungut sampah itu dan buang pada tempatnya!”
Siapa sih yang nggak kesal diomelin kayak gitu. Makanya, teman-temannya selalu memanggilnya “Miss go green”, karena usaha kerasnya untuk mengajak semua orang untuk living green.
Dicap begitu sih Nadia cuek bebek saja. Ia merasa yang dilakukannya ini
benar. Toh ia melakukannya untuk melindungi bumi dari ancaman global warming. Jadi seharusnya teman-temannya mendukung usahanya, bukannya malah mengolok-oloknya.
Gara-gara Nadia dinilai peduli akan lingkungan, ia pun ditunjuk
menjadi duta lingkungan sekolah. Justru hal ini lah, ia merasa
bertanggung jawab untuk mewujudkan sekolah Adiwiyata. Ia pun membulatkan
tekad untuk mengajak teman-temannya melaksanakan go green. Dari
awalnya ia mengajak perorangan. Kini ia sudah berani menggalangkan
programnya secara menyeluruh. Mulai dari media mading, buletin sekolah,
sampai poster-poster di sepanjang koridor menuju kelas.
Tapi nggak semua orang setuju kalau Nadia menjadi duta lingkungan.
Salah satunya Kania, Ketua OSIS SMP Tunas Bangsa. Ia merasa terganggu
dengan program-program yang digalangkan oleh Nadia, yang menurutnya
terlalu berlebihan.
Seperti saat rapat OSIS, Nadia memberikan kertas-kertas yang sudah
dijilid rapi kepada Kania. Semenjak Nadia menjadi duta lingkungan, ia
mempunyai wewenang untuk ikut dalam rapat OSIS. Hal itu membuat Nadia
sering kali mengajukan program go green-nya. Membuat sebagian
anak OSIS menjadi bosan untuk rapat, karena hampir sebagian besar rapat
OSIS, pasti membahas tentang Adiwiyata. Apalagi harus mendengar ocehan
Nadia yang panjang kali lebar. Awalnya Kania membiarkannya, tapi
lama-lama ia tidak tahan juga.
Nadia hanya memandangi proposalnya dengan rasa kecewa. Proposalnya
ditolak mentah-mentah oleh Kania, ia bilang kalau sikap Nadia sudah
melebihi batas alias ngelonjak. Nadia sejenak berpikir, ia tidak boleh
menyerah sampai disini. Akhirnya seulas senyum mengembang di wajah
Nadia.
Esoknya, Kania berangkat sekolah dengan riang. Ia puas, karena
kemarin sudah memarahi habis-habisan si Nadia itu. Tiba-tiba langkah
Kania berhenti. Ia heran karena semua murid sedang mengrubungi papan
mading. Melihat kedatangan Kania, semua pasang mata menoleh ke arahnya.
Kania bergegas menuju mading, dengan tampang kebingungan. Setelah tahu
penyebab kehebohan di pagi ini. Kania pergi, berniat untuk mengelabrak
seseorang. Suasana di kelas 8C yang semula tenang, tentram, dan damai.
Langsung berubah 180° saat Kania tiba-tiba masuk dan menggebrak meja.
Serentak seluruh anak 8C terlonjak kaget. Kecuali satu orang yang duduk
di bangku paling belakang. Kania bergegas menghampiri orang itu.
“Apa maksud kamu menulis begituan di mading?” tanya Kania langsung
“Hah..tulisan yang mana?” bukannya menjawab,Nadia malah balik bertanya
“Kamu tak usah pura-pura bego! Aku tahu kamu yang nulis, bukannya
kemarin aku sudah melarangmu,” Kania mengingatkan tentang pembicaraan
mereka saat rapat OSIS kemarin
“Oya, kok aku nggak ingat,” ujar Nadia dengan nada menantang
“Ingat ya, aku ini Ketua OSIS. Aku yang mengatur semuanya disini,” balas Kania
Bukannya takut,Nadia malah tersenyum penuh kemenangan. Membuat Kania menjadi bingung.
“Lalu kenapa bukan kamu saja yang mewujudkan sekolah Adiwiyata. Tadi
kamu bilang sendiri kan, kalau kamu mengatur semuanya di sekolah ini,”
ujar Nadia beragumen
Kania jadi kikuk sendiri. Ia ingin sekali menjambak rambut cewek satu
ini. Tapi, sepertinya semua anak 8C menatapnya dengan tatapan
membenarkan.
Merasa dipojokkan, Kania pun beranjak pergi. Sebelum melangkahkan kakinya keluar kelas. Ia mengumumkan perang kepada Nadia.
“Awas ya, aku bakal bikin perhitungan sama kamu. Ingat itu!”
Setelah itu, sosok Kania menghilang dari balik pintu kelas.
Meninggalkan Nadia dengan wajah puas. Seolah menunggu babak baru
dimulai.Perang pun dimulai. Dibuka saat Kania mengumumkan ultimatum kepada
seluruh siswa di SMP Tunas Bangsa. Isi ultimatumnya adalah pelarangan
bagi semua murid untuk mengikuti program selain program yang dibuat
OSIS. Gara-gara ultimatum itu, teman-teman Nadia yang mengikuti program go green-nya
serentak mundur. Menurut mereka, mengikuti program yang dibuat Nadia
sama saja dengan cari gara-gara dengan OSIS. Nadia sendiri cuek-cuek
saja. Teman-temannya terlalu takut untuk mengambil resiko. Untuk apa
mereka takut, padahal yang mereka dan ia lakukan itu benar.
Nadia memang anak yang keras kepala, ia masih saja menggalangkan
programnya. Tapi seperti sudah ditebak, usaha Nadia itu sia-sia belaka. Kania tersenyum senang, ia merasa sudah memenangkan pertandingan ini.
Tapi ternyata pertandingan belum sepenuhnya selesai, karena Dicky
tiba-tiba mendekati Nadia. Sebagai teman semasa kecil, Kania merasa
tidak terima.
“Dicky, kamu pengkhianat!” sembur Kania saat bertemu Dicky di kantin sekolah
“Pengkhianat…memangnya aku melakukan apa?” tanya Dicky bingung
“Kamu ngapain deketinNadia? Jangan bilang kamu ikut program konyolnya itu,” tuduh Kania telak mengenai Dicky
Kania berharap Dicky akan membantahnya, namun Dicky hanya diam saja.
Seakan mengerti arti diamnya, ia beranjak dari bangku kantin
“Aku benci sama kamu!” teriak Kania, membuat seluruh orang di kantin
menoleh ke arahnya. Tapi Kania tidak peduli. Dengan kesal, ia berlari
sambil menangis. Nadia yang kebetulan melihat Kania berlarian di
koridor, menatapnya bingung.
Sepulang sekolah, Nadia kembali melakukan kegiatan rutinitasnya yaitu
membersihkan sekolah.Nadia melakukan semua ini sendirian. Ia tidak
pernah merasa dijadikan babu oleh sekolah. Justru ia senang dapat
melakukan hobinya ini.Nadia memang aneh, mana ada hobi mungut-mungut
sampah.
Tapi siapa sangka, kalau hobinya ini akan mendatangkan pangeran
untuknya. Ketika ada sebuah tangan yang membantunya memungut sampah yang
berserakan. Nadia terbengong-bengong, melihat sosok pemilik tangan
tersebut.
“Eh, jangan bengong. Nanti bisa kerasukan setan lho,” ucap Dicky seraya tersenyum manis
“Kamu ngapain disini, bukannya ini sudah jam pulang?” tanya Nadia bingung
“Bantu kamu,” jawab Dicky singkat
“Bantu aku, untuk apa?” tanya Nadia masih heran
“Bukannya kamu sendiri yang bilang, kalau bumi kita ini terancam global warming. Makanya aku ingin ikut programmu untuk menghijaukan bumi,”
Entah kenapa, perkataan Dicky barusan membuat hati Nadia sumringah. Ia senang karena Dicky mau ikut bergabung dalam programnya ini. Tapi tiba-tiba, ia teringat akan ultimatum Kania.
“Apa kamu nggak takut dimarahi Kania, kalau kamu ikut bergabung denganku?” tanya Nadia ragu-ragu
Sejenak Dicky berpikir, lalu ia menjawab, “Untuk apa aku harus takut.
Justru aku merasa bangga, karena dapat berpartisipasi dalam rangka
menghijaukan bumi,”
Lagi-lagi perkataan Dicky membuat hati Nadia semakin sumringah. Ternyata ada juga orang yang berpikiran sama dengannya. Apalagi orang itu Dicky, salah satu siswa popular di sekolahnya.
Jadi ceritanya, selama satu minggu terakhir. Nadia dan Dicky
membersihkan sekolah sepulang sekolah dan selama itu pula mereka
menghabiskan waktu bersama. Kebanyakan topik yang mereka bicarakan pasti
berhubungan dengan lingkungan.
Dicky senang saat mendengarkan penjelasan Nadia tentang pentingnya
menjaga lingkungan. Apalagi melihat mata Nadia yang berbinar-binar saat
menjelaskannya. Ia menjadi bingung sendiri, kenapa semua orang membenci
gadis seperti dia. Termasuk Kania, sudah beberapa kali Dicky melihat
dimarah-marahi oleh Kania. Tiba-tiba Dicky merasa iba dan ingin sekali
membantu gadis ini. Dicky tersenyum, ia tahu harus melakukan apa.
Sore hari di sebuah perumahan mewah, Kania duduk santai di depan
teras rumahnya. Keadaan ini berubah saat ada sepeda yang masuk melewati
pagar rumahnya. Setelah memarkir sepedanya, pengendaranya duduk di
samping Kania.
“Ngapain kamu kesini?” tanya Kania judes
“Aku kebetulan lagi bersepeda, jadi sekalian mampir ke rumahmu,” jelas Dicky sambil mencopot helm sepedanya
“Ekh, aku haus nih, boleh minta minum nggak?” sambung Dicky
“Ambil aja sendiri di dalam,” ujar Kania ketus
“Mana ada tamu disuruh ngambil minuman sendiri, harusnya itu kamu sebagai tuan rumahnya!” sewot Dicky
Kania malah diam saja, tidak menanggapi ucapan Dicky. Melihat ini,
Dicky hanya menghela nafas. Lalu ia berdiri dan masuk ke dalam rumah
Kania untuk mengambil minuman. Tak berapa lama kemudian, Dicky keluar
sambil membawa soft drink dingin di tangannya.
“Lho, orang tua kamu kemana?” tanya Dicky seraya kembali duduk di samping Kania
“Pergi,” jawab Kania masih ketus
“Ada yang mau aku omongin sama kamu,” ujar Dicky setelah meminum soft drink-nya
“Kalau mengenai Nadia sebaiknya kamu pulang saja. Aku nggak mau dengerin,” ucap Kania lumayan keras
“Kenapa sih kamu segitu bencinya sama Nadia?” tanya Dicky heran
“Karena dia berusaha merebut semuanya dariku. Mulai dari jabatanku
sampai yang paling parah, dia sudah merebut sahabat baikku,” Kania sudah
tak mampu menahan air matanya, kini ia menangis
Dicky tak tega melihat ada cewek menangis di hadapannya, apalagi
cewek itu temannya dari kecil. Ia menjulurkan tangannya berusaha
menenangkan, tapi ditepis oleh Kania.
“Maaf, bukan maksudku untuk menyakitimu. Sungguh!” ujar Dicky dengan nada bersalah
“Tidak semudah itu kamu minta maaf,” ucap Kania seraya mengusap air matanya dengan punggung tangannya
“Sebenarnya aku mau tanya, apa kamu pernah merasa ikut bertanggung
jawab atas kerusakan lingkungan yang sedang marak saat ini?” tanya Dicky
sambil memandang tanaman hias milik mamanya Kania
“Tentu saja aku pernah,” jawab Kania tegas
“Lalu kenapa kamu tidak dukung programnya Nadia?”
“Ya…itu, karena..,” Kania bingung harus menjawab apa
“Itu karena kamu tahu yang dilakukan Nadia itu benar, iya kan?” tebak Dicky
Kania bergeming, ia tahu yang dikatakan Dicky itu benar. Tapi ia tak mau langsung mengiyakan.
Melihat tidak ada reaksi apapun dari Kania, Dicky kembali
melanjutkan, “Sejujurnya, kamu ingin tidak sekolah kita menang Lomba
Adiwiyata sih?”
“Tentu saja aku ingin,” jawab Kania jujur
“Maka dari itu, bantu Nadia. Aku yakin dia butuh bantuanmu,” jelas Dicky
“Dia tidak butuh, kan sudah ada kamu,”
“Baiklah terserah kamu, tolong kamu pikirkan perkataanku tadi. Tanya kepada hati kecilmu, apa yang benar-benar kamu inginkan!”
Setelah mengatakan itu, Dicky bergegas menaiki sepedanya dan pulang.
Meninggalkan Kania termenung sendirian, berusaha memikirkan semuanya.
Keesokan harinya, Nadia berangkat sekolah dengan lesu. Penilaian
Adiwiyata sudah semakin dekat, namun belum ada perubahan apa pun di
sekolahnya.
Saat sampai di gerbang sekolah, ada suara yang memanggilnya. Nadia
menoleh untuk melihat pemilik suara tersebut. Rupanya Dicky, ia sedang
berlari menuju Nadia.
“Selamat pagi,” ujar Dicky setelah berhasil menjajari langkah Nadia
“Pagi,” balas Nadia tak bersemangat
“Kamu kenapa, kok lemes kayak gitu?” tanya Dicky
“Tidak, aku hanya memikirkan untuk menyerah saja akan semua programku,” jelas Nadia seraya tertunduk
“Jangan gitu dong, kamu kan sudah melakukan sampai sejauh ini, jangan cepat menyerah,” hibur Dicky
Nadia hanya tersenyum kecut, lalu berkata, “Aku merasa selama ini hanya membuang waktu saja,”
Dicky terdiam mendengar perkataan Nadia, ia sudah tidak tahu, cara
apa lagi yang bisa ia lakukan untuk menolong gadis itu. Hanya ada satu
harapan, yah cuma Kania yang bisa, tapi apa itu semua mungkin.
Baru saja lima langkah masuk ke lapangan sekolah, Nadia dan Dicky
langsung terpengarah. Bagaimana tidak, semua teman-temanya atau mungkin
seluruh murid SMP Tunas Bangsa sedang mengadakan kerja bakti. Nadia
bingung, kenapa semuanya bisa berubah 360° dalam waktu 24 jam.
Kelihatannya Dicky juga bingung, namun beberapa saat ia tersenyum. Hanya
satu orang yang bisa mendatangkan satu keajaiban seperti ini.
“Oh ya, aku mau pergi ke kelasku dulu, sampai jumpa,” ujar Dicky lalu beranjak pergi
“Iya, sampai jumpa,” ujar Nadia dengan kikuk. Ia lalu segera
menghampiri temannya untuk menanyakan perihal kejadian tak terduga ini.
Dicky berlarian sepanjang koridor sambil terus tersenyum, setelah
tiba di kelas 8E, ia segera masuk ke dalam. Keadaan kelas sangat sepi,
tentu saja karena semua anak sedang kerja bakti di lapangan. Namun hanya
satu orang yang tidak ikut, dan Dicky sudah menduganya.
“Terimakasih ya,” ujar Dicky seraya duduk di sampingnya.
“Terimakasih untuk apa?” ujar Kania yang masih tetap menulis.
“Karena kamu sudah mau melakukan semua ini, aku tau kamu sebenarnya
juga peduli kan dengan lingkungan,” jelas Dicky sambil tersenyum.
“Cih, kalau bukan karena kamu, aku tidak akan mau melakukan hal repot
seperti ini. Kau tahu, susah sekali mengurus semua program adiwiyata
ini, ditambah lagi harus ada laporan kepada sekolah untuk setiap
kegiatannya. Hal ini hampir membuatku gila,” ujar Kania panjang lebar.
Dicky hanya terkikik geli mendengar keluhan dari Kania, lalu berkata,
“Oke..oke, aku minta maaf sudah membuatmu kerepotan, sebagai gantinya
kamu boleh minta apapun dariku”.
Kania meletakkan pulpennya, lalu menghadap ke arah Dicky dengan mata berbinar-binar, “Sungguh, kau mau lakukan apapun untukku”.
“Iya, tuan putri,” ujar Dicky seraya mengusap kepala Kania.
Kania hanya diam, membiarkan tangan Dicky mengusap lembut kepalanya.
Padahal, kalau orang lain yang melakukannya, ia pasti sudah marah-marah,
takut rambutnya jadi berantakan.
Tanpa diketahui Kania maupun Dicky, ada satu pasang yang sedang
mengamati mereka sejak dari tadi, ya orang itu tak lain dan tak bukan
adalah Nadia.
Ia tadi sudah mendengar dari temannya, kalau yang menyuruh mereka
semua untuk melakukan kerja bakti adalah Kania, katanya Kania mengubah
ultimatumnya, menjadi “Barang siapa yang tidak ikut progam nadia dan
membantunya mewujudkan sekolah adiwiyata, maka akan dikenai sanksi dari
sekolah”. Gara-gara itu, makanya semua orang berbondong-bondong
melakukan kerja bakti. Itulah alasan kenapa Nadia bisa ada di depan
kelas 8E, awalnya ia ingin mengucapkan terimakasih kepada Kania. Namun
tidak jadi, karena melihat Kania sedang bersama Dicky. Alhasil, Nadia
beranjak pergi dengan perasaan yang tidak bisa diartikan olehnya.
Semenjak itu,Nadia dan Dicky sudah jarang mengobrol seperti
sebelumnya. Nadia sih cuek saja, tiap hari ia selalu sibuk dengan
persiapan untuk penilaian Sekolah Adiwiyata yang semakin dekat. Tetapi
jujur saja, ia merasa kehilangan, tentu saja ia tidak mengatakan itu
kepada Dicky. Ia sadar, kalau Kania dan Dicky adalah dua orang yang
tidak bisa dipisahkan. Makanya ia sudah cukup tahu diri, apalagi
mengingat Kania sudah banyak menolongnya.
Hari demi hari telah berlalu, dan penilaian Adiwiyata sudah selesai
dilakukan. Hasilnya, sekolahnya lulus dan menjadi yang terbaik. Nadia
senang bukan main, akhirnya jerih payahnya selama ini terbayar juga.
Begitu pun dengan Kania, ia merasa bangga karena mendapat pujian
bertubi-tubi dari guru-guru. Tapi yang paling membuatnya senang adalah,
ia mendapat pujian dari Dicky.
“Wah, kamu hebat. Kamu sudah membuat sekolah kita berhasil,” puji Dicky
“Terimakasih, ini semua juga berkat kamu kok. Kamu kan selama ini sudah banyak membantuku,” ujar Kania seraya tersenyum
“Iya…iya sama-sama, kita kan sahabat, jadi sudah sewajarnya kita saling tolong-menolong,” ujar Dicky
Kania diam sejurus, ia sedang mempertimbangkan sesuatu. Akhirnya, ia mulai buka suara lagi.
“Aku mau tanya, nanti sore kamu ada acara apa nggak?” tanya Kania
“Kayaknya sih nggak ada, memangnya ada apa?” tanya Dicky balik
“Aku mau ngajak kamu pergi, untuk merayakan keberhasilan kita, juga sekalian untuk menagih perkataanmu dulu,” jelas Kania
“Hah, perkataanku yang mana?” ujar Dicky bingung
“Aduh, kamu lupa ya, perkataanmu tentang aku boleh minta sesuatu sama kamu,” ujar Kania sebal
“Oh yang itu, aku masih ingat kok, memangnya kamu mau minta apa?” tanya Dicky
“Huss rahasia, nanti sore baru aku kasih tahu,” ujar Kania seraya melenggang pergi
Dicky hanya terdiam, memandangi Kania yang makin lama makin jauh.
Kini, Dicky sudah berada di taman, tempat janjiannya dengan Kania. Ia
melirik jam tangannya, masih pukul 15.50, jadi masih ada waktu 10
menit. Sambil menunggu Kania datang, Dicky duduk manis di bangku taman
seraya memainkan ponselnya.
Dicky menghentikan permainannya, lalu melihat jamnya lagi. Sudah
pukul 16.10, tapi kenapa Kania masih belum datang juga. Tiba-tiba ada
suara yang memanggil namanya, lalu ia menoleh. Dicky kira itu suara
Kania, tapi ternyata bukan.
“Nadia, kamu ngapain disini?” tanya Dicky
“Aku selalu kesini setiap sorenya untuk menyegarkan suasana, kalau kamu?” ujar Nadia seraya duduk di samping Dicky
“Aku kesini lagi nungguin Kania, aku ada janji dengannya,” ujar Dicky
Nadia pun terdiam, ia merasakan sensasi yang sama ketika ia melihat
adegan dulu sewaktu di kelas. Tapi dengan satu helaan napas, ia berusaha
menguasai diri.
“Lalu dimana Kania, apa dia belum datang?” tanya Nadia.
“Yah seperti yang kamu lihat, dia belum datang juga sampai sekarang.
Memang, dari dulu anak itu selalu saja datang terlambat, dan alasannya
pasti, karena jalan macet,” ujar Dicky kesal
Nadia hanya terkikik geli, baru pertama kali, ia melihat Dicky sekesal ini.
Kania segera turun dari taksinya, dan berlarian menuju ke taman kota.
Ia melirik jam tangannya, ia sudah terlambat 30 menit. Itu gara-gara ia
terlalu banyak memikirkan permitaannya kepada Dicky.
Setelah masuk ke area taman, kaki Kania membeku. Ia senang karena
Dicky masih setia menunggunya, tapi kenapa ada Nadia di sampingnya. Ia
mulai memaksa kakinya untuk berjalan, tapi bukan ke arah Dicky melainkan
ke balik pohon cemara.
Kania tertegun, baru pertama kali semenjak ia mengenal Dicky,
melihatnya tertawa lepas seperti itu dan orang yang mampu membuatnya
seperti itu adalah Nadia. Kania menerima kenyataan pahit, kalau ia
bukanlah orang yang pantas berada di sisi Dicky. Lalu ia mengeluarkan
ponselnya, dan mulai mengetikkan sesuatu.
Ponsel milik Dicky bergetar, rupanya ada sms masuk, lalu ia
membacanya. Setelah itu ia celingak-celinguk, seperti mencari sesuatu
atau lebih tepatnya mencari seseorang.
“Kamu sedang cari apa?” tanya Nadia heran melihat tingkah laku Dicky
“Eh, bukan apa-apa,” ujar Dicky pendek
Setelah itu suasana menjadi hening, sepertinya Dicky sedang memikirkan sesuatu. Nadia yang melihatnya menjadi bingung.
“Aku mau pulang dulu ya, sampai jumpa,” ujar seraya berdiri
“Tunggu, jangan pulang dulu,” cegah Dicky
“Kenapa, kamu kan kesini mau bertemu Kania, bukan aku. Lagian aku
masih punya urusan lain,” ujar Nadia seraya beranjak pergi. Namun,
tangan Dicky yang tiba-tiba mencengkram tangannya telah berhasil
mencegat langkahnya.
“Tolong jangan pergi, soalnya aku mau bilang, kalau aku suka sama kamu,” ujar Dicky serius
“Apa, tapi bukannya kamu suka sama Kania,” ujar Nadia kaget
“Siapa yang bilang, aku sama Kania memang sudah dekat sejak kecil, tapi kami hanya sebatas sahabat, tidak lebih,” jelas Dicky
Mulut Nadia terkatup, ia tak tahu harus bicara apa kepada Dicky.
Sebenarnya, ia juga suka kepada Dicky, tapi mengingat Kania juga
menyukainya. Ia menjadi bimbang.
“Tapi bagaimana dengan Kania?” tanya Nadia.
“Tenang saja, dia akan baik-baik saja,” ujar Dicky
Karena sudah tidak punya alasan lagi untuk mengelak, akhirnya ia
mengangguk pelan. Dicky merasa senang, dan langsung memeluknya, hal yang
membuat Nadia terkaget-kaget lagi. Namun ia senang, karena kebahagian
datang bertubi-tubi kepadanya. Setelah memenangkan sekolah adiwiyata,
kini ia telah mendapatkan cintanya.
Ternyata ada juga yang merasa tidak bahagia, Kania hanya tersenyum
kecut melihat pasangan baru itu di balik pohon. Sore yang cerah ini,
jauh apa yang diharapkannya. Awalnya ia ingin minta kepada Dicky, untuk
menganggap dirinya lebih dari sekadar sahabat saja, yang artinya secara
tidak langsung Kania menembak Dicky.
Awalnya, ya, karena pada detik terakhir, Kania berubah pikiran. Ia
sadar kalau cinta tak harus memiliki, jadi ia memutuskan untuk mengirim
sms kepada Dicky yang berisi:
Aku mau menagih permintaan sama kamu sekarang,
Aku ingin kamu menyatakan perasaanmu yang
sesungguhnya kepada Nadia. Lakukan
sekarang juga, kalau tidak
aku akan membencimu selamanya.
***The End***
“Kesimpulannya tekat kan dalam hatimu untuk selalu membersihkan lingkungan sekitar mu.”
wow keren, menginsfirasi
BalasHapus