BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
pada hakekatnya adalah pemberian bantuan kepada orang lain secara sadar dan
terencana untuk mewujudkan dan mengaktifkan potensi orang lain, agar yang
bersangkutan memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan itu ditujukan kepada orang
sebagai keseluruhan. Karenanya tugas pendidikan adalah membantu berkembangnya
semua fungsi, meliputi jasmani dan rohani begitu budi dan perasaannya. Hal ini
dilakukan oleh seorang guru yang berperan sebagai seorang pendidik, dan tentu
saja pekerjaan yang dilakukannya merupakan pekerjaan yang mulia dan penuh tanggung
jawab. Selain memiliki tanggung jawab untuk mengajar atau
mendidik siswanya, seorang guru juga bertanggung jawab atas bahan pengajaran
serta metode yang akan di terapkan kepada siswa (Simandjuntak, 1986 : 1-8)
Menurut
pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar
adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar.
Dengan kata lain apa yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang
akan menjadi perhatian, dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan.
Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses belajar sebelumnya, tapi juga akan
membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset terapan tentang hal ini
telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan dasar yang luas
ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia
sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan
strategi yang baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya (Nasution,
1997 : 94).
Pendidikan memiliki
tujuan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan dalam berbagai bidang. Masing-masing
bidang pengetahuan, seperti matematika, sains, ataupun sosial, menyajikan suatu
aspek penting bagi perkembangan kompetensi siswa. Salah satu metode yang perlu
di gunakan yakni dengan melaksanakan proses belajar pengetahuan deklaratif dan prosedural.
Pengetahuan di bidangnya bagaimanapun harus melekat dalam suatu konteks luas
dari pengetahuan umum untuk digunakan secara fleksibel. Siswa juga perlu suatu
kesatuan besar dari pengetahuan deklaratif tentang dunia untuk dapat dimengerti,
dan menggeneralisasikan pengetahuan prosedural untuk menyelesaikan sebagian
besar tugas.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari belajar pengetahuan
deklaratif dan prosedural?
2. Bagaimana menerapkan belajar pengetahuan
deklaratif dan prosedural pada diri siswa?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian
dari pengetahuan deklaratif dan prosedural
2. Mengetahui
bagaimana menerapkan belajar pengetahuan deklaratif dan prosedural pada
diri siswa
BAB II
PEMBAHASAN
Kemampuan metakognisi memiliki hubungan
dengan pengetahuan. Dalam dunia pendidikan, untuk meningkatkan kemampuan
metakognitif, peserta didik perlu memiliki, menyadari, dan memahami tiga
atau dua jenis pengetahuan isi. Kedua jenis pengetahuan itu adalah pengetahuan
deklaratif (declarative knowledge), dan pengetahuan prosedural (procedural
knowledge).
1.
Perolehan Pengetahuan Baru
Deklaratif
Pengetahuan
deklaratif adalah informasi faktual yang diketahui oleh seseorang. Pengetahuan
ini dapat diungkapkan baik dengan lisan maupun tulisan. Contoh dari pengetahuan
ini misalnya adalah seorang peserta didik mengetahui bahwa formula untuk menghitung momentum dalam mata pelajaran
fisika. Formula momentum adalah massa dikalikan dengan kecepatan.
Pengetahuan deklaratif rentangnya sangat beragam, bisa
berupa pengetahuan tentang fakta (misalnya, bumi berputar mengelingi matahari
dalam kurun waktu tertentu), generalisasi (setiap benda yang di lempar ke
angkasa akan jatuh ke bumi karena adanya gaya gravitasi), pengalaman pribadi
(apa yang diajarkan oleh guru sains secara menyenangkan) atau aturan (untuk
melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan maka pembilang harus
disamakan terlebih dahulu).
Menyatakan proses penjumlahan atau pengurangan pada
bilangan pecahan menunjukkan pengetahuan deklaratif, namun bila siswa mampu
mengerjakan perhitungan tersebut maka dia sudah memiliki pengetahuan
prosedural. Guru dan siswa yang mampu menyelesaikan soal melalui rumus tertentu
atau menterjemahkan teks bahasa Inggris adalah contoh kemampuan pengetahuan
prosedural lainnya. Seperti halnya siswa yang mampu berenang dalam satu gaya
tertentu, berarti dia sudah menguasai pengetahuan prosedural hal tersebut,
dengan kata lain penguasaan pengetahuan ini juga dicirikan oleh praktek yang
dilakukan.
Dari penjelasan sebelumnya, juga terdapat beberapa hal
yang tentu saja berhubungan dengan pengetahuan deklaratif itu sendiri. Hal-hal
tersebut adalah :
a.
Beberapa Prinsip Tentang Perolehan
Pengetahuan Deklaratif
Pengetahuan Deklarati baru diperoleh bila
suatu proposisi baru disimpan bersama proposisi yang berhubungan dalam jaringan
proposisi. Beberapa prinsip tentang perolehan pengetahuan, yaitu
sebagai berikut:
1) Proposisi baru mencambuk pemanggilan pengetahuan sebelumnya melalui penyebaran
aktivasi
2) Proposisi baru dan pengetahuan sebelumnya dapat menstimulasi timbulnya
proposisi-proposisi baru lainnya (proposisi ini disebut elaborasi)..
3) Semua proposisi baru (baik yang disajikan oleh lingkungan maupun yang
timbul dari diri seseorang)
b.
Pemanggilan dan kontruksi
Pengetahuan deklaratif
Suatu proses pemanggilan biasanya dimulai bila seseorang bertanya pada kita
atau bila kita membaca suatu pertanyaan.Bila pertanyaan itu datang dari sumber
luar, pertanyaan itu harus diubah dahulu menjadi proposisi yaitu media peyajian
internal. Bila hal ini telah dilakukan, konsep dalam proposisi itu akan
mengaktifkan bagian dari jaringan proposisi yang berhubungan dengan konsep itu.
Aktivas akan menyebar pada konsep yang lain sehingga suatu proposisi secara
keseluruhan teraktivasi. Lalu proposisi tang telah teraktivasi ini diteliti
untuk melihat apakah proposisi ini dapat menjawab pertanyaaan yang diajukan.
Bila dapat, proposisi itu diterjemahkan ke dalam ucapan atau jawaban tertulis dan dikeluarkan
ke lingkungan. Bila proposisi itu tidak menjawab pertanyaan dan mash ada waktu
untuk mencari jawaban, pencariann diteruskan dengan membiarkan aktivasi
menyebar hingga proposisi lainnya teraktivasi dan diharapkan dapat memberikan
jawaban. Akan tetapi, bila tidak ada waktu lagi untuk pencarian selanjutnya,
orang yang bersangkutan dapat membuat penerkaan didasarkan pada pengetahuan
yang tersedia.
c.
Elaborasi Pengetahuan Deklaratif
Elaborasi ialah proses penambahan pengetahuan
dengan informasi yang sedang dipelajari.
Elaborasi mempercepat pemanggilan dengan dua cara. Pertama, elaborasi
menyediakan alternative cara untuk pemanggilan agar aktivasi menyebar. Kedua,
elaborasi menyediakan informasi tambahan yang berguna untuk mengonstruksi
jawaban yang tampak.
Elaborasi dapat mengambil beberapa
bentuk, sebagian ada yang lebih efektif sebagai perangsang pemanggilan.
Elaborasi yang efektif mengikat menjadi satu bagian propsisi yag ingin diingat
seseorang dan menstimulasi pemanggilan apa yang dipelajari. Elaborasi yang
kurang efektif tidak melakukan hal itu.
Prinsip penyebaran aktivasi
memberikan penjelasan tentang mengapa elaborasi yang tepat lebih baik untuk
menghafal daripada elaborasi yang tidak tepat. Elaborasi yang tepat tidak
menyediakan kesempatan bagi penyebaran aktivasi untuk menjauhi informasi yang
harus diingat. Hal ini tidak berarti elaborasi yang tidak tepat selalu
mempunyai efek yang negatif. Selain untuk menghafal informasi,misalnya berpikir
divergen, elaborasi tidak tepat dapat lebih efektif daripada elaborasi yang
tepat. Belum banyak penelitian yang dilakukan tentang efek dari berbagai bentuk
elaborasi terhadap situasi-situasi berpikir divergen.
d.
Organisasi Pengetahuan Deklaratif
Organisasi ialah proses pembagian himpunan informasi menjadi sub-sub
himpunan. Misalnya, siswa-siawa yang baik bila diberi tugas membaca, akan
melakukan elaborasi terhadap informasi yang mereka baca. Ini berarti mereka
memikirkan gagasan, contoh, gambaran mental, atau perincian yang berhubungan.
e.
Pertolongan Elaborasi dan Organisasi
dalam Pembelajaran
Banyak yang dapat dilakukan melalui pengajaran atau materi tambahan untuk
meningkatkan penggunaan proses elaborasi dan organisasi pada para siswa. Beberapa
prosedur yang dapat digunakan oleh para guru untuk merangsang elaborasi antara
lain ialah meminta siswa membentuk gambaran mental, menggunakan analogi untuk
materi pelajaran yang tidak dikenal siswa dan demikian abstrak sehingga tidak
dapat menimbulkan gambaran mental atau meminta para siswa untuk membentuk
elaborasi. Prosedur lain yang dapat memperlancar organisasi adalah meminta para
siswa untuk memberikan contoh konsep-konsep baru meminta mereka untuk
melengkapi suatu garis-garis besar pelajaran, atau menggunakan kata-kata untuk
merangsang organisasi.
Dengan demikian, lebih baik kita memperhatikan hal
yang tidak baik daripada yang baik dilakukan untuk merangsang perolehan
pengetahuan deklaratif. Hal yang sudah jelas ialah tidak menyajikan materi pelajaran
baru dengan cara mengurangi kebermaknaannya dan organisasi.
2.
Pengetahuan prosedural
Pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan bagaimana seseorang melakukan sesuatu,
pengetahuan bagaimana performans seseorang dalam menjalankan langkah-langkah
dalam suatu proses. Contoh dari pengetahuan ini adalah seorang peserta didik
mengetahui masa suatu benda, kecepatannya, dan bagaimana prosedur menentukan momentum benda tersebut.
Pengetahuan prosedural meliputi
pengetahuan tentang keterampilan khusus, tahapan sistematis mengenai sistem
program (meliputi; input, proses, dan output).
Prosedur berarti tahap demi tahap suatu proses untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Penguasaan pengetahuan prosedural berarti penguasaan proses,
misalnya, siswa dapat melaksanakan penelitian melalui proses yang bertahap,
yaitu (1) merumuskan pertanyaan (2) merumuskan latar belakang pemikiran (3)
merumuskan hipotensi (4) menguji kebenaran hipotesis melalui eksperimen (5) analisis
hasil atau menyimpulkan bahwa hipotesis benar atau salah (6) merumuskan
hasil penelitian.
a. Belajar Pengetahuan Prosedural
Perbedaan utama antara ahli dan
bukan ahli dalam suatu bidang ialah ahli mempunyai jauh lebih banyak
pengetahuan prosedural tentang bidang itu. Para ahli mempunyai aturan-aturan
khusus untuk memanipulasi informasi.
Tujuan pendidikan umum ialah bukan
untuk menghasilkan kampiun-kampiun catur, ahli elektronika, atau fisika, tetapi
untuk menghasilkan ahli dalam keterampilan dasar. Ahli dalam keterampilan
dasar, seperti ahli dalam disiplin-disiplin tertentu, adalah persoalan memiliki
pengetahuan prosedural yang tepat. Jadi, penting untuk mengetahui bagaimana
pengetahuan prosedural itu diperoleh dan apa yang dapat dilakukan untuk memperlancar
perolehan pengetahuan ini.
Sebagai langkah pertama dalam
memahami perolehan pengetahuan prosedural, penting untuk membedakan antara dua
bentuk prosedur sebab proses belajar untuk masing-masing bentuk agak berbeda.
Prosedur pengenalan-pola mendasari kemampuan untuk mengenal dan
mengklasifikasikan pola-pola stimulus internal dan eksternal. Prosedur
urutan-aksi mendasari kemampuan untuk melakukan urutan operasi terhadap
simbol-simbol.
1. Bantuan Pembelajaran untuk Generalisasi
Guru dan bahan-bahan pengajaran dapat
merangsang proses generalisasi dengan memilih contoh-contoh konsep yang tepat
untuk disajikan. Juga, para siswa menjadi lebih tidak tergantung dalam belajar
bila mereka mengetahui bagaimana mencari atau mengungkapkan macam-macam contoh
yang tepat.
2. Pertolongan Pembelajaran untuk Diskriminasi
Dalam generalisasi, seleksi dan
urutan contoh-contoh merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kemungkinan
bahwa seorang siswa akan membentuk produksi pengenalan-pola yang benar. Dalam
diskriminasi, hal yang penting ialah seleksi dan urutan noncontoh.
b.
Perolehan Prosedur-prosedur
Urutan-Aksi
Belajar urutan aksi merupakan proses
yang lambat dengan membuat banyak kesalahan. Menurut teori Anderson,
urutan-urutan aksi dipelajari dengan cara seperti berikut. Mula-mula si pelajar
menyajikan suatu urutan aksi dalam bentuk deklaratif. Lalu berkembang suatu
penyajian prosedural dari urutan aksi dengan pengalaman dalam mencoba
menghasilkan urutan-aksi.
Proses perubahan dari tindakan yang
dibimbing oleh pengetahuan deklaratif ke tindakan suatu urutan aksi yang
dibimbing oleh pengetahuan prosedural disebut oleh Anderson sebagai kompolasi
pengetahuan. Istilah ini menyarankan suatu analogi dengan computer. Kompilasi
pengetahuan merupakan suatu proses pembentukan suatu penyajian untuk
urutan-urutan aksi yang menuju pada tindakan yang lancar dan tepat.
Kompulasi pengetahuan terrdiri atas
dua subproses proseduralisasi dan komposisi. Proseduralisasi ialah pengguguran
perangsang-perangsang dari pengetahuan deklaratif, sedangkan komposisi ialah
penggabungan beberapa prosedur menjadi satu prosedur.
1.
Proseduralisasi
Langkah pertama dalam belajar urutan aksi ialah menciptakan suatu penyajian
proporsional untuk prosedur. Langkah kedua ialah menciptakan satu produksi
untuk menyajikan setiap langkah dalam urutan aksi. Kedua langkah ini terjadi
selama proseduralisasi.
2.
Komposisi
Suatu proses lain dalam belajar
urutan-urutan aksi disebut komposisi. Selama komposisi, beberapa produksi
digabung menjadi satu. Produksi-produksi yang dihasilkan dari proseduralisasi
itu kecil karena memori kerja tidak mempunyai ruangan untuk penciptaan langsung
produksi-produksi besar dari pengetahuan deklaratif.
Agar
teradi komposisi suatu urutan dari dua produksi harus aktif dalam memori kerja
pada waktu yang sama. Sistem akan memperhatikan bahwa aksi produksi pertama
menimbulkan kondisi untuk produksi yang kedua. Hasilnya merupakan suatu
produksi baru yang mempunyai kondisi produksi pertama dan aksi-aksi kedua
produksi. Kondisi produksi kedua hilang sebagai informasi yang tidak
diperlukan.
c.
Strategi Megajarkan Pengetahuan
Prosedural
Walaupun strategi mengajar untuk
generalisasi, diskriminasi, proseduralisasi, dan komposisi pada umumnya
memiliki perbedaan, ada pula strategi yang dapat digunakan untuk setiap macam pengetahuan
prosedural. Strategi ini ialah latihan yang diikuti dengan umpan balik. Apabila
prosedur ini merupakan pengenalan-pola, kesempatan untuk mengklasifikasikan
contoh-contoh baru dari pola hendaknya diberikan.
Bentuk-bentuk soal yang disajikan
dan sifat umpan balik berbeda, tergantung pada proses belajar yang dilakukan.
Misalnya,proseduralisasi umpan balik tentang ketepatan lebih sesuai daripada
umpan balik tentang kecepatan. Sebaliknya, latihan dan umpan balik tidak
diperlukan untuk belajar pengetahuan deklaratif. Dalam kenyataannya, bila kita
menggunakan latihan dan umpan balik (dalam bentuk latihan menghafal) untuk
belajar pengetahuan deklaratif, kita dapat mengingat pengetahuan itu kurang
baik dibandingkan dengan bila kita melatih pengetahuan ini hanya sekali, tetapi
mencoba memahaminya, melakukan elaborasi dan organisasi terhadap pengetahuan
itu.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sebagai
akhir makalah ini, penulis akan menyampaikan saran yang mungkin dapat berguna
bagi para pembaca. Adapun saran-saran sebagai berikut:
1. Pengetahuan
deklaratif adalah informasi faktual yang diketahui oleh seseorang. Pengetahuan
ini dapat diungkapkan baik dengan lisan maupun tulisan
2. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana
seseorang melakukan sesuatu, pengetahuan bagaimana performans seseorang dalam
menjalankan langkah-langkah dalam suatu proses.
3.
Menerapkan belajar
pengetahuan deklaratif pada diri siswa dengan cara melatih pengetahuan hanya
sekali tetapi mencoba memahaminya, melakukan elaborasi dan organisasi terhadap
pengetahuan itu
4.
Menerapkan belajar pengetahuan prosedural pada diri
siswa dengan cara latihan dan umpan balik. Mengembangkan keahlian dalam
penampilan intelektual seperti membaca, main catur, menulis, atau fisika,
makan waktu bertahun-tahun. Membutuhkan
banyak kesempatan untuk latihan prosedur-prosedur , sebab hanya melalui latihan
dapat dikembangkan prosedur-prosedur.
B.
Saran
Diperlukan kepedulian semua pihak
agar dalam penerapan belajar pengetahuan deklaratif dan prosedural berjalan
dengan baik. Karena antara pengetahuan deklaratif dan prosedural sangan
berkaitan satu sama lain. Apabila pengetahuan deklaratif berjalan dengan baik,
namun pengetahuan proseduralnya terhambat maka tidak akan menghasilkan
pembelajaran yang efisien dan efektif. Untuk itu, diperlukan keselarasan satu
sama lain antara pengetahuan deklaratif dan prosedural.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, ratna. 2006. Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga
Nasution, S. 1997. Belajar Dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Simandjuntak, dan Pasaribu. 1986. Didaktik Dan
Metodik. Bandung : Tarsito